JAKARTA (PNC) – Nama Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur 15 November 1935 ini merupakan mantan Wakil Presiden (Wapres) ke 6 sekaligus tokoh militer yang disegani di Tanah Air. Kiprahnya di dunia militer tak perlu diragukan, Try Sutrisno pernah menduduki sejumlah jabatan strategis khususnya di TNI Angkatan Darat (AD).
Di antaranya, Kasdam XVI/Udayana, Pangdam IV/Sriwijaya, kemudian Pangdam Jaya/Jayakarta, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) hingga Panglima ABRI (Pangab). Selama memimpin, anak ke 3 dari enam bersaudara ini terbilang sukses.
Bahkan, ketika menghadapi pergolakan di sejumlah daerah seperti, Timor-Timor kini bernama Timor Leste dan kerusuhan massa dalam peristiwa Tanjung Priok, Jakarta Utara, Try Sutrisno mampu meredamnya.
Try Sutrisno Jabat Pangdam III Siliwangi Moncernya karier militer mertua dari mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu ini tidak lepas dari dedikasi, kerja keras, dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembannya.
Selain faktor tersebut di atas, ada hal menarik di balik kesuksesan Try Sutrisno di militer yakni, wajahnya yang mirip dengan Tommy Soeharto, putra dari Presiden ke-2 RI Soeharto.
Dikutip dari buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Try Sutrisno Sosok Arek Suroboyo” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) diceritakan, saat itu Presiden Soeharto tengah mencari ajudan baru untuk menggantikan Kolonel Suharso.
”Ketika itu, Soeharto meminta pada stafnya untuk menyiapkan seorang ajudan yang wajahnya mirip Tommy putranya. Setelah dicek ternyata yang mirip itu Try Sutrisno,” tulis buku tersebut dikutip SINDOnews, Kamis (19/5/2022).
Selain sesuai keinginan Presiden Soeharto, pengangkatan Try Sutrisno sebagai ajudan juga sesuai dengan prosedur dan kriteria di internal Angkatan Darat. Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI (Purn) Sayidiman Surjohadiprodjo mengaku, dirinya yang mengajukan Try Sutrisno sebagai calon ajudan Presiden Soeharto.
Sementara dalam buku B. Wiwoho berjudul “Memori Jenderal Yoga” diceritakan, pada suatu malam di pertengahan 1973 di Kantor Ali Murtopo di Jalan Tanah Abang III No 25, Tanah Abang Jakarta Pusat Kolonel Prasetyo Sudarto yang merupakan senior Try Sutrisno di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad), dipanggil untuk ditugaskan menjadi ajudan Presiden Soeharto.
Namun, Sudarto yang sudah terbiasa berpakaian dan berprilaku sipil karena bertugas di Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) merasa tugas menjadi ajudan cukup berat. Sudarto pun memohon agar diizinkan menolak tugas tersebut.
Ali Murtopo yang saat itu menjabat Wakil Kepala BAKIN merangkap Asisten Pribadi (Aspri) Presiden Bidang Khusus memahami alasan yang disampaikan Sudarto dan meminta masukan siapa nama yang layak dicalonkan untuk menggantikannya.
”Tatkala nama Try Sutrisno diajukan dengan sejumlah pujian dan rekomendasi positif spontan Ali Murtopo menyetujui,” tulis buku tersebut.
Akhirnya Letnan Kolonel (Letkol) Czi Try Sutrisno secara resmi diangkat menjadi ajudan Presiden Soeharto. Sementara itu, Try Sutrisno yang mengetahui dirinya diajukan sebagai ajudan Presiden Soeharto mengaku terkejut karena tidak ada dalam pikirannya untuk menjabat sebagai ajudan Presiden. Try Sutrisno menyadari ajudan Presiden harus orang yang cerdas, sehat jasmani dan rohani.
”Pengangkatan menjadi ajudan Presiden merupakan tanggung jawab yang tidak bisa dianggap karena menyangkut tugas Presiden. Menjadi ajudan harus siap setiap saat untuk melayani kegiatan Presiden yang cukup padat,” ucap Try Sutrisno.
Selama menjadi ajudan, Try Sutrisno tidak hanya mendampingi Presiden Soeharto melakukan kunjungan di dalam maupun luar negeri. Namun juga menjaga kerahasiaan setiap kegiatan yang dilakukan orang nomor satu di negara ini dengan tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang apa yang dilihat dan didengar dari Presiden.
Termasuk kepada Panglima ABRI. Hanya kalangan terbatas yang boleh tahu di antaranya, Ketua G-I/Sintel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani. Setelah empat tahun menjabat sebagai ajudan Presiden Soeharto, karier Try Sutrisno terus menanjak dengan ditunjuknya sebagai Kasdam IX/Udayana.
Tugas dan tanggung jawab Kodam IX/Udayana sangat strategis ketika itu karena membawahi empat provinsi di antaranya, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor-Timur. Setelah menjabat tidak lebih dari 1 tahun, Try Sutrisno dipercaya menjadi Pangdam IV/Sriwijaya.
Setelah tiga tahun menjabat sebagai Pangdam IV/Sriwijaya kariernya terus mentereng dengan dipercaya menjadi Pangdam Jaya. Saat memimpin Kodam Jaya, beberapa peristiwa besar sempat terjadi di antaranya, ledakan gudang mesiu di Cilandak, Jakarta Selatan dan kerusuhan massa di Tanjung Priok.***