JAKARTA (PNC) – Google dilaporkan telah mengajukan untuk memilih bangkrut di Rusia setelah rekening bank mereka dibekukan oleh pemerintahan Vladimir Putin. Dampaknya Google tak dapat lagi melakukan operasional di Rusia.
“Langkah ini membuat kantor kami di Rusia tidak dapat berfungsi termasuk mempekerjakan dan membayar karyawan yang berbasis di Rusia, membayar suplier dan vendor, serta kewajiban keuangan lainnya,” kata juru bicara Google sebagaimana dilansir detiKINET dari Engadget.
Seperti banyak perusahaan lain, Google telah menangguhkan sebagian besar kegiatan komersialnya di Rusia akibat dari invasi Rusia ke Ukraina pada Februari silam.
Terlepas dari hal tersebut, di tengah pengajuan kebangkrutan Google, mereka masih tetap memberi Rusia akses untuk layanan gratis seperti Search, YouTube, Gmail, Maps, dan Android untuk saat ini.
Pada Mei 2021, Rusia mendenda Google sekitar USD 82.000 atau sekitar Rp1,2 miliar karena dinilai telah gagal menghapus ribuan konten yang dianggap ilegal.
Pihak berwenang kemudian mendenda perusahaan tersebut sekitar USD 98 juta atau sekitar Rp1,5 triliun pada bulan Desember dengan alasan yang sama. Jumlah denda itu diperkirakan sekitar 5,7% dari omset Google 2021 di Rusia.
Dalam beberapa bulan terakhir, regulator telekomunikasi Roskomnadzor telah menekan YouTube untuk mencabut pembatasan akses ke media Rusia.
Sebuah saluran TV Rusia melaporkan bulan lalu bahwa petugas pengadilan menyita sekitar 1 miliar rubel atau sekitar Rp226 miliar dari Google setelah menolak untuk memulihkan akses stasiun TV tersebut ke akun YouTube-nya.
Meskipun Rusia telah memblokir banyak platform dan layanan lain, termasuk Google News, saat ini Rusia tidak memiliki rencana untuk mencegah pengguna di negara tersebut mengakses YouTube.
Dikatakan minggu ini bahwa warga Rusia kemungkinan akan menderita sebagai akibat dari langkah tersebut. Reuters melaporkan bahwa platform streaming itu memiliki sekitar 90 juta pengguna Rusia.
Menteri pengembangan digital Rusia juga mengatakan bahwa, meskipun menguji versi internetnya sendiri yang tertutup negara tersebut berencana untuk tetap terhubung ke jaringan global.***