Palapanasional.com – Kasus penyerangan dua asrama mahasiswa di Kota Makassar menjadi perhatian Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Selatan (Sulsel), Inspektur Jenderal Nana Sudjana. Polisi telah memeriksa 10 saksi terkait penyerangan dua asrama mahasiswa yakni IPMIL dan KEPMI Bone.
Nana mengungkapkan pihaknya sudah memeriksa 10 orang saksi untuk mengungkap pelaku penyerangan di Asrama Mahasiswa IPMIL dan KEPMI Bone. Ia mengaku 10 orang saksi tersebut berasal dari IPMIL dan KEPMI Bone.
“Sampai saat ini memang kami baru ada 10 orang saksi yang sudah kami mintai keterangan. Ini saksi-saksi yang sedang kami periksa dari kedua belah pihak,” ujarnya usai rapat koordinasi dengan Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman di Kantor Gubernur Sulsel, Senin (29/11).
Nana mengaku membentuk tim yang berasal dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk penanganan kasus tersebut. Mantan Kapolda Metro Jaya ini menegaskan penindakan hukum menjadi fokus.
“Hasil rapat koordinasi tadi sudah disepakati bahwa kami hukum adalah panglima. Kami akan melakukan penegakan hukum terkait masalah kasus ini,” tegasnya.
Nana mengaku dari pemeriksaan 10 orang saksi tersebut pihaknya sudah mendapatkan data siapa pelaku penyerangan. Meski demikian, Nana enggan mengungkapkan identitas pelaku penyerangan.
“Jadi kami dalam hal ini serius untuk menangani kasus ini, apalagi sampai terjadi korban di mana tangannya buntung. Kemudian penyerangan, pembakaran di asrama tersebut dalam hal ini kami akan serius menangani kasus tersebut,” bebernya.
Nana juga menyampaikan agar para pelaku menyerahkan diri sebelum dilakukan tindakan tegas. Mantan Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) ini menyampaikan kepada masyarakat, khususnya mahasiswa untuk tidak resah terjadinya aksi serupa.
“Tidak resah karena kami sudah membentuk tim. Kami juga sudah bentuk pola pengamanan dalam hal ini,” ucapnya.
Sementara Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman mengaku pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian untuk mengungkap pelaku penyerangan Asrama Mahasiswa IPMIL dan KEPMI Bone. Ia juga mengingatkan kepada keluarga korban untuk tidak ada gerakan tambahan yang bisa memantik konflik.
“Dari pihak keluarga juga sudah menyerahkan kepada aparat penegak hukum, artinya tidak ada lagi gerakan tambahan. Dari pihak keluarga sudah menyatakan tidak mau lagi ada korban berikutnya, mereka sudah ikhlas bahwa itu harus dikembalikan kepada hukum,” bebernya.
Andi Sudirman juga menyampaikan dua kelompok mahasiswa dari Luwu Raya dan Bone juga sudah berkomitmen untuk tidak terprovokasi. Dia berharap mahasiswa dari Luwu Raya dan Bone tidak termakan informasi hoaks.
“Awalnya ini hanya masalah tatanan kecil, kemudian melebar. Makanya hoaks yang beredar itu ditangkal, video hoaks jangan di shared,” ucapnya.
Ia mengakui pertikaian antara mahasiswa dari Luwu Raya dan Bone merupakan kejadian yang berulang. Hal tersebut mengakibatkan masalah kesukuan.
“Padahal kalau kita tanya KEPMI dan IPMIL mereka satu jalan, tidak ada masalah, itu dulu-dulu saja. Kita harus tahu, banyak oknum tertentu yang masuk memprovokasi,” kata Sudirman. [ray]
Sumber: Merdeka