Mengenang Sosok Siti Latifah Herawati Diah, Wartawan Wanita Pertama dan Tokoh Perjuangan Kemerdekaan

Siti Latifah
Siti Latifah

JAKARTA (PNC) – Hari ini tanggal kelahiran Siti Latifah Herawati Diah, yang merupakan jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan juga menjadi saksi sekaligus pelaku dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Salah satu alasan Google Doodle menampilkan sosok Siti Latifah Herawati Diah pada hari ini adalah, 3 April 1917 merupakan tanggal kelahirannya, yang merupakan anak perempuan dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij dengan Siti Alimah.

Karir media pertama nya, saat berusia 22 tahun sebagai stringer di kantor berita United Press International (UPI) dan dalam kehidupannya berkesempatan mengecap pendidikan tinggi di American High School di Tokyo, Jepang.

Seperti dilansir dari  Wikipedia, Herawati juga belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York Amerika Serikat dan lulus pada tahun 1941. Pada tahun 1942 pulang kampung ke Indonesia dengan aktivitas sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI). Kemudian ia bergabung lagi sebagai penyiar di radio Hosokyoku.

Pada 18 Agustus 1942 Siti Latifah Herawati menikah dengan BM Diah, yang dihadiri oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Suaminya B.M. Diah merupakan mantan Menteri, yang saat itu bekerja di koran Asia Raja. Pada 1 Oktober 1945, Herawati bersama suaminya mendirikan dan mengembangkan Harian Merdeka.

Pada tahun 1955, Herawati dan suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia. Koran itu diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955.

Sebagai seorang jurnalis wanita, Siti Latifah Herawati Diah juga menjadi salah satu saksi hidup dalam peristiwa dikirimnya delegasi perempuan Indonesia ke India pada tahun 1947. Bahkan saat Siti Latifah Herawati Diah dikirim sebagai salah satu delegasi, Ia mendapat kehormatan untuk bertemu secara langsung dengan Bapak Kemerdekan India yaitu Mahatma Ghandi.

Karir media pertama kali saat berusia 22 tahun sebagai stringer di kantor berita United Press International (UPI). Herawati dalam kehidupannya berkesempatan mengecap pendidikan tinggi di American High School di Tokyo, Jepang.

Herawati Diah  meninggal dunia tanggal 30 September 2016, pukul 04.20 WIB  di usia 99 tahun, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, karena usia yang sudah sepuh dan mengalami pengentalan darah dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, bersebelahan dengan makam suaminya, B.M. Diah.

Siti Latifah Herawati Diah, adalah wanita kelahiran Tanjung Pandan, Bangka Belitung, 3 April 1917 merupakan wartawan wanita pertama dan tokoh pers di tanah air.

Berdasarkan sejumlah sumber yang dikutip Portal Bandung Timur, Siti Latifah Herawati Diah, adalah anak ketiga dari antara empat bersaudara. Ibunya Siti Alimah binti Djojodikromo dan ayah Raden Latip. R. Latip adalah lulusan sekolah dokter Stovia tahun 1908, membuka praktek di pulau tetangga Bangka itu sebagai ahli medis sebuah perusahaan tambang timah Belanda, Biliton Maatschappij.

Usai bertugas di Cekoslovakia dan Hongaria, kemudian ke Inggris dan kemudian ke Thailand, hingga dimasa pemerintahan Soeharto pada tahun 1968, BM Diah diangkat menjadi Menteri Penerangan, dan usai menduduki sejumlah jabatan di pemerintahan, sempat menjadi anggota DPR dan DPA.

Sementara Siti Latifah Herawati, memilih merintis mendirikan sejumlah organisasi kemanusiaan. Diantaranya, Komnas Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, dan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu, juga membuka Taman kanak-kanak (TK) untuk anak-anak kurang mampu di bawah naungan Yayasan Bina Carita Indonesia Karena merasa iba dengan ketidakmerataan pendidikan di tanah air. (***)