JAKARTA (PNC) – Jumat Agung 2022 jatuh pada tanggal 15 April 2022, Jumat Agung merupakan momen mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus. Masa ini menjadi hari berkabung, penitensi, dan berpuasa bagi umat Kristiani.
Dalam ibadat Jumat Agung biasanya digelar tablo tentang penyaliban Yesus. Kemudian saat misa dilanjutkan dengan penciuman kaki Yesus di kayu salib.
Jumat Agung menjadi momen tepat untuk menyelami karya penyelamatan Allah terhadap dunia. Dia yang begitu mengasihi kita, mengirim Putra Tunggal-Nya untuk membebaskan kita dari dosa.
Kematian-Nya di kayu salib semestinya membuat orang percaya dan tersadar betapa kita sungguh bersalah atas dosa-dosa kita dan betapa kita membutuhkan Juru Selamat.
Jumat Agung juga makin membuat orang percaya meyakini Yesus ialah Raja segala raja yang memberikan kepada kita hidup kekal melalui kematian dan juga kebangkitan-Nya.
Jumat Agung merupakan hari peringatan penyaliban Yesus Kristus di Bukit Golgota. Usai dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus, Yesus memikul sendiri salib-Nya ke Golgota. Dia memikul salib-Nya dalam kondisi penuh luka dan hampir hilang tenaga.
Dalam laman resmi Komisi Kateketik Konferensi Wali gereja Indonesia (Komkat KWI), Romo Fransiskus Emanuel da Santo, sekretaris Komkat KWI menuliskan dulu di zaman Romawi salib adalah hukuman yang sangat berat. Hanya mereka yang dinilai melakukan kejahatan berat yang disalib.
Akan tetapi, buat Yesus, salib justru menjadi wujud tanggung jawab akan perutusan Allah Bapa. Dengan penyaliban, Yesus Kristus menunjukkan Kasih-Nya kepada umat manusia.
“Bahkan dengan salib-Nya Ia menanggung dan menebus dosa manusia. Itulah salib yang Yesus terima dengan rela. Sebagai ungkapan Cinta-Nya kepada Bapa dan kepada manusia, cinta yang tuntas, cinta yang sampai sehabis-habisnya. Cinta sampai menderita,” tulis Fransiskus.
Pada Jumat Agung, umat Kristiani mengingat hari di mana Yesus rela menderita dan mati dengan penyaliban sebagai pengorbanan terakhir untuk dosa-dosa manusia.
Sebelum mengenang wafat Yesus, umat Kristen akan mengenang perjamuan terakhir Yesus bersama para murid. Perayaan ini disebut dengan Kamis Putih.
Ini jadi semacam makan malam terakhir Yesus sekaligus ucapan perpisahan dari-Nya. Namun perayaan ini tak selalu soal perpisahan, justru perjamuan terakhir jadi kesempatan Yesus mengajarkan para murid untuk saling melayani.
Perayaan Jumat Agung cukup berbeda dengan Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih maupun nanti Minggu Paskah. Karena peringatan sengsara dan wafat Yesus, suasana gereja diliputi keheningan dan nyaris tanpa riasan.
Umat tidak akan menemukan hiasan atau dekorasi berarti, bahkan kain penutup altar saja tidak ada. Salib-salib di gereja semua ditutup kain berwarna ungu.
Kemudian di tengah perayaan, terdapat upacara penghormatan salib. Ini diawali dengan pembukaan penutup kain pada salib, kemudian dilanjutkan dengan upacara penghormatan salib yakni umat mencium salib di mana Yesus bergantung.
Sebagaimana dilansir Katolisitas, ini sesuai dengan ajaran Tuhan yang ditulis dalam Surat Rasul Paulus pada umat di Korintus (1 Kor 2: 2).
“Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”
Salib di gereja Katolik menyertakan tubuh (corpus) Kristus yang disebut crucifix yang berarti, seseorang yang disalibkan. Bapa mengutus anak-Nya ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Salib merupakan puncak dari Kasih Tuhan.
Sementara itu, penciuman salib jika diperhatikan adalah ungkapan ekspresi iman yang mendalam dan dari hati. Mencium salib Kristus merupakan ekspresi Syukur dan Kasih pada Yesus yang terlebih dahulu mengasihi umat-Nya. (***)