JAKARTA (PNC) — Dandi pasrah saat aparat membuka paksa tas yang ia bawa. Raut mukanya tegang dan terlihat kikuk meski sama sekali tak membawa benda berbahaya saat ingin mengikuti aksi demonstrasi pada hari ini, Senin (11/4).
Saat digeledah polisi di dekat Gedung DPR, benar saja, tak ada barang berbahaya. Hanya buku, baju ganti, hingga sarung.
Dandi adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sirojul Falah, Bogor. Usianya 19 tahun. Dia bersama teman-teman kampus ingin ikut dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR.
Melansir cnn Indonesia, Dandi mengaku sudah mendapat izin dari orang tua. Bahkan berbekal pesan dan keluh kesah orangtuanya saat berangkat ke lokasi demonstrasi.
Orang tua Dandi adalah pedagang gorengan. Terdampak langsung ketika harga minyak goreng menjadi masalah beberapa waktu belakangan hingga belum stabil sampai saat ini.
Apalagi, saat ini ada wacana gas elpiji 3 kg bakal dinaikkan harganya. Dandi merasa perlu menyampaikan kekhawatiran dan keluh kesah orang tuanya dengan ikut demo pada hari ini.
“Minyak naik, BBM naik, jadi kesusahan untuk jual gorengan. Dengan dukungan orang tua juga,” kata Dandi.
Usai digeledah dan dicecar sejumlah pertanyaan oleh aparat, Dandi dilepaskan polisi. Begitu pula teman-temannya yang turut diperiksa.
Dandi mengaku akan tetap ikut dalam aksi demonstrasi bersama mahasiswa lainnya. Semangatnya tak surut meski sempat diperiksa polisi. Dia lantas bergegas mencari titik kumpul massa yang akan menggelar demo. Dandi sudah siap berteriak.
Secara umum, mahasiswa yang menggelar demo hari ini akan menyuarakan penolakan isu perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu. Mahasiswa juga menyuarakan harga kebutuhan pokok serta BBM dan gas elpiji 3 kg dan isu lainnya.
Ribuan aparat dikerahkan untuk mengawal aksi demonstrasi. Di Jakarta, lebih dari 6.000 personel gabungan dikerahkan dan ditempatkan di sekitar Gedung DPR serta sekitaran Monas. (*/*)