Habitat Asli jadi Perkebunan Picu Konflik Harimau vs Manusia

PEKANBARU (PNC)  – Konflik harimau sumatera dan masyarakat terjadi di Bengkalis, Riau dalam beberapa pekan terakhir. Konflik itu diduga akibat habitat asli harimau beralih fungsi menjadi perkebunan.

Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) menilai konflik harimau dengan manusia bukanlah hal baru. Bahkan ada beberapa daerah di Riau yang terjadi konflik satwa dengan manusia.

“Kalau di Riau sebenarnya sudah tak heran lagi satwa-satwa itu masuk ke perkebunan. Dan yang paling parah itu memang di Inhil, Bengkalis, Rohil, Rohul dan Kampar,” tegas Wakil Ketua Umum Samade, Abdul Aziz di Pekanbaru, Kamis (21/4).

Menurut Aziz ada beberapa hal yang jadi penyebab satwa dilindungi itu masuk ke perkebunan warga. Salah satunya adalah karena habitat asli satwa tersebut sudah hilang.

Dikutip dari detik.com, Izin perkebunan yang berlebihan kepada korporasi, baik itu perizinan perkebunan maupun kehutanan menjadi penyebab. Sebab minat masyarakat untuk berkebun cukup tinggi.

“Saya mengatakan ini ada eksodus besar-besaran masyarakat untuk berkebun. Ini membuat persoalan yang rumit, kemana satwa asli seperti harimau ini mau pulang,” kata Aziz.

 

Merujuk dari beberapa konflik, habitat atau kantong-kantong harimau juga patut untuk jadi perhatian. Apakah kantong-kantong yang disebut menjadi habitat asli satwa-satwa dilindungi itu masih berupa hutan atau sudah beralih fungsi menjadi perkebunan.

“Kalau memang lahan itu masih hutan, otomatis mereka akan bisa hidup di sana. Tapi kan keadaannya sekarang ini satwa-satwa itu sampai masuk ke kebun rakyat. Ini satwa yang masuk ke perkebunan atau perkebunan itu yang ada di dalam kantong atau kawasan hutan,” kata Aziz.

Persoalan lain, satwa yang kerap masuk masuk ke kebun rakyat bukan ke kebun korporasi. Hal ini karena pengamanan di perkebunan rakyat dianggap masih lemah.

“Kenapa sasarannya selalu kebun rakyat, bisa jadi karena kalau kebun korporasi sekuriti ada, ada parit gajah. Sedangkan kebun rakyat kan tidak ada yang jaga, tak ada pembatas yang menghalangi satwa masuk ke sana. Makanya selalu kebun rakyat yang menjadi sasaran,” katanya.

Untuk itu, Aziz minta seluruh petani lebih berhati-hati saat berkebun. Termasuk mempersiapkan diri dari serangan binatang buas selain harimau sumatera.

Sebelumnya BKSDA Riau juga merilis lokasi konflik antara harimau dan manusia di Bengkalis. BKSDA mencatat lokasi yang jadi konflik berada dalam kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil.

“Lokasi itu adalah kawasan hutan. Lokasi hutan itu dirambah, mereka habisi rumah harimau di sana,” tegas Pelaksana Tugas Kepala BKSDA Riau, Fifin Afriana, Jumat (15/4) lalu.***