JAKARTA (PNC)—Belakangan ini, investasi menjadi hal populer dan menjadi bahan obrolan terutama di kalangan milenial. Beberapa orang bahkan influencer bahkan tak segan membagikan tips atau keberhasilan mereka mendapatkan cuan setelah berinvestasi. Itu lah yang akhirnya membuat banyak orang berbondong-bondong untuk mulai berinvestasi. Fenomena tersebut memang bisa jadi kabar baik karena artinya pengetahuan masyarakat terhadap produk keuangan serta kesadaran akan pentingnya tujuannya keuangan makin bertambah.
Melansir femina.co.id, namun sayanganya antusiasme itu tak diimbangi dengan literasi keuangan yang baik. Anggapan bahwa berinvestasi akan selalu untung membuat beberapa orang kemudian terjebak dengan kasus investasi bodong seperti yang terjadi baru-baru ini. Atau bisa juga hanya gara-gara FOMO investasi, keuangan seseorang justru jadi amburadul. Berhutang demi bisa berinvestasi seperti yang lainnya. Sebelum melangkah lebih jauh, lebih baik siapkan diri terlebih dahulu dan kenali prinsip dasar dalam berinvestasi.
Cek Kondisi Keuangan
Sebelum memutuskan untuk berivestasi, lebih baik cek terlebih dahulu apakah keamanan keuangan Anda sudah tercukupi dan dalam kondisi stabil. Dalam piramida perencanaan keuangan yang termasuk dalam keamanan finansial adalah cash flow, dana darurat, pengelolaan pinjaman serta manajemen risiko berupa asuransi. Jika beberapa hal yang jadi prioritas tersebut sudah tak bermasalah,
Anda pun bisa melangkah ke fase berikutnya untuk berivestasi. Investasi ini nantikan bisa dibedakan menjadi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang tentu pengaplikasiannya disesuaikan dengan tujuan keuangan yang Anda rencanakan.
Pakai Uang Dingin
Saat berinvestasi pakailah uang dingin atau uang yang tak akan dipakai dalam jangka waktu tertentu. Mengapa hal tersebut menjadi prinsip dasar dalam berinvestasi? Sebab ketika terjadi suatu risiko yang membuat aset yang         Anda dibeli mengalami penurunan, maka itu tak akan membuat cash flow terganggu karena memang uang yang dialokasikan untuk investasi adalah uang yang tak akan dipakai untuk support kebutuhan sehari-hari.
Ambil contoh saja, bila seseorang menggunakan uang hidup sehari-harinya untuk berinvestasi, maka saat terjadi penurunan aset investasi, bisa-bisa ia akan menjadi kebingungan dan mungkin stres untuk mencukupi keperluan dasarnya yang sudah terlanjur ia pakai untuk investasi.
Kenali Produk Investasi
Selain memakai uang dingin, seseorang juga perlu mempertimbangkan instrumen atau produk investasi apa yang akan dibelinya.
Sebab, masing-masing produk memiliki karakter risiko tersendiri, mulai dari konservatif, moderat, hingga agresif. Keuntungan atau return yang ditawarkan pun nantinya sesuai dengan karakter risiko tersebut. Misalnya saja deposito tergolong dalam produk investasi konservatif dengan tingkat return yang lebih rendah daripada saham yang memiliki tingkat risiko agresif. Dengan memiliki pengetahuan tersebut, maka seseorang lebih bisa memahami konsekuensi masing-masing produk investasi yang akan dibelinya.
Logis
Tapi Anda pun juga perlu mewaspadai bila mendapatkan tawaran cuan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat. Misalnya, apakah mungkin investasi yang menawarkan keuntungan hingga 200 persen per bulan, tentu itu menjadi hal yang tak logis. Hal tersebut pun perlu dicurigai sebagai investasi bodong yang justru nantinya akan merugikan Anda, sebab tak ada investasi yang mampu memberikan keuntungan secara instan bahkan dalam jumlah berkali-kali lipat. Jangan hanya lantaran tergiur tawaran keuntungan yang menggiurkan, Anda pun jadi abai dengan tingkat kewajaran suatu produk investasi.
Legal
Lalu cek juga legalitas perusahaan atau aplikasi yang memberikan tawaran investasi supaya tak terjebak investasi bodong. Lakukan verifikasi misalnya dengan membaca lebih lanjut mengenai profil perusahaan atau penyedia aplikasi, dalam hal ini apakah sudah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jangan lalai untuk melakukannya karena Anda tentunya ingin uang yang akan investasikan dikelola sebaik mungkin untuk menghasilkan return, bukan sebaliknya bukan? (*/*)