Pernak pernik Kisah Calhaj Indonesia di Tanah Suci, Mulai dari Lupa Jalan Pulang hingga Ketahuan Merokok

Ilustrasi Jamaah Haji (Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency/cnn indonesia)

JAKARTA  (PNC)   – Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengungkapkan ragam masalah yang kerap ditemukan oleh jemaah haji Indonesia selama masa pelaksanaan haji di Arab Saudi.

Kepala Seksi Petugas dan Keamanan Jemaah, Kolonel Muftil Umam mengatakan hasil evakuasi sementara didapatkan masalah jemaah yang paling banyak terjadi di Masjidil Haram adalah lupa atau tidak tahu jalan pulang ke hotel.

Tahun ini, jemaah yang seperti itu mudah diarahkan karena rata-rata masih berusia muda di bawah 65 tahun dengan tingkat pengetahuan yang mencukupi.

“Hampir tidak ada risti (pelindungan), seperti tahun 2019 yang luar biasa. Tiap hari 2019, hampir ada 200 jemaah tersesat, sekarang paling banyak 20. Ini sama teman-teman langsung diatasi. Kalau ada jemaah yang tersesat. Linjam wajib membantu sampai titik bus pengantaran,” ujar Muftil dalam keterangannya di laman resmi Kemenag dikutip Kamis (30/6).

Melansir cnn Indonesia, sedangkan untuk kasus di dalam Masjidil Haram hampir tidak ada. Ada beberapa kasus kecil misalnya karena ketidaktahuan hingga jemaah menggunakan jasa kereta dorong ilegal.

Permasalahan yang melibatkan otoritas kerajaan Arab Saudi, lanjut dia, juga relatif tidak ada.

“Ada satu-dua masalah. Ada jemaah yang merokok. Ada yang merokok di sekitaran sai, habis sai langsung merokok, sehingga didatangi Askar,” kata dia.

Karenanya Muftil mengimbau jemaah bisa menahan agar tidak merokok di sekitaran masjid. Terlebih lagi di dalam Masjidil Haram.

“Pertama, soal tingkah laku yang susah diubah, soal rokok. Kedua, membawa uang. Kadang jemaah suka menaruh sesuatu misalnya bawa uang, tasnya ditinggal saat wudhu, terus lupa. Yang penting lagi, jaga kesehatan kurangi ke luar hotel menyambut Armuzna,” kata dia.

Menangani masalah tersebut PPHI  menggandeng personel khusus dari TNI/Polri untuk memberikan bantuan pengamanan  Indonesia

Meski berstatus prajurit TNI/Polri, mereka tidak berseragam prajurit melainkan berpakaian putih dan rompi hitam layaknya petugas haji lainnya.

“Personel kita perkuat di Masjidil Haram demi memberikan rasa aman. Sebelumnya, sektor khusus Masjidil Haram personel 10. Saat ini ditambah 19 jadi 29 personel. Ini yang khusus personel dari TNI/Polri,” ungkapnya.

Muftil, yang merupakan prajurit Kopassus, mengatakan pembagian jaga (shift) personel di Masjidil Haram juga ditambah. Bila sebelumnya hanya dua shift dengan durasi jaga masing-masing 12 jam, saat ini ditambah menjadi tiga shift dengan durasi jaga 8 jam.

Selain prajurit TNI/Polri, sektor khusus di Masjidil Haram juga diperkuat dengan petugas lainnya. Total petugas di sektor khusus kini mencapai 80 orang.

Mereka tersebar di delapan titik masjid baik di dalam maupun di luar masjid. Di antaranya di lokasi tawaf, lokasi sai, pintu Babussalam, sekitar Tower Zamzam, serta tiga terminal bus yang ada di seputaran Masjidil Haram.

Muftil menjelaskan para personel yang dikenal dengan sebutan Linjam (pelindungan jemaah) ini juga bertugas membantu jemaah yang tersesat, membantu jemaah agar tidak menggunakan jasa kereta dorong ilegal hingga membantu jemaah yang kehilangan sandal.

“Termasuk kereta dorong kita juga arahkan dan sosialisasikan untuk kereta dorong yang resmi. Kami juga punya banyak sandal untuk membantu jemaah yang kehilangan sandal,” ujar Muftil.

Sebagai informasi, laporan harian Kantor Urusan Haji per 28 Juni 2022 menunjukkan total kedatangan jemaah haji reguler Indonesia di Arab Saudi telah mencapai 78.839 jemaah.***