Ini Kata Menkes, WASPADA! Puncak Infeksi BA.4 dan BA.5 Diprediksi Pertengahan Juli

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

JAKARTA (PNC) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memprediksi bahwa puncak gelombang Covid-19 terkait subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pertengahan Juli 2022.

Dia mengatakan, kenaikan kasus infeksi Covid-19 diperkirakan terjadi pada pekan kedua atau ketiga bulan Juli mendatang. Puncak gelombang Covid-19 kali ini, lanjut dia, diprediksi tidak akan setinggi kasus yang diakibatkan varian sebelumnya.

“Kalau Omicron mungkin butuh satu sampai satu setengah bulan untuk sampai ke puncak, ini (BA.4 dan B.5) kurang dari satu bulan,” ujar Budi kepada wartawan di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Rabu (29/6/2022).

“Jadi udah sampai puncak, turun lagi. Itu sebabnya kenapa saya bilang minggu kedua minggu ketiga Juli-lah puncaknya kita lihat angkanya di mana,” lanjutnya dilansir kompas.com.

Bila berkaca dari data di Afrika Selatan, puncak subvarian BA.4 dan BA.5 berada di kisaran 30 persen. Artinya, jika puncak kasus Omicron BA.1 mencapai 50.000 kasus, estimasi puncak kasus BA.4 dan B.5 sekitar 16.000 hingga 17.000 kasus.

Dia juga menyampaikan, kasus pasien yang dirawat di rumah sakit hingga kematian, tidak akan setinggi puncak Omicron sebelumnya, apalagi gelombang Delta. Secara nasional, kasus rawat inap pasien Covid-19 di rumah sakit per 28 Juni 2022 tercatat sebanyak 1.616 orang.

“Nasional kasusnya kalau dibanding Delta flat, Jawa-Bali flat. Rumah sakitnya flat juga. Kalau ditanya kesiapan obat sama rumah sakit enggak ada apa-apanya. Karena enggak ada kenaikan (kasus),” imbuhnya.

Adapun per 28 Juni 2022 Kemenkes mencatat jumlah sebaran kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia melonjak menjadi 739 kasus. Sebanyak 71 kasus disebabkan subvarian BA.4, dan 668 kasus merupakan BA.5.

Kedua subvarian Omicron tersebut ditemukan sejumlah daerah Indonesia, di antaranya Bali, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan terbanyak DKI Jakarta.

“Jadi ya akan lumayan yang tertular, tapi yang penting masuk rumah sakitnya kosong. Tempat Pak Syahril (Direktur RSPI Sulianti Saroso) yang masuk 10 orang, waktu Omicron yang dulu lebih penuh, kalau zaman Delta sampai antre-antre,” ungkap Menkes Budi.

Pada kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal positivity rate per 28 Juni 2022 yang naik menjadi 3,46 persen. Akan tetapi, angka ini masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 persen.

Sementara itu, kapasitas tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) nasional per 28 Juni 2022 sebesar 2,27 persen, dan kapasitas tempat tidur yang telah disiapkan bagi pasien Covid-19 sebanyak 71.219. Subvarian BA.4 dan B.5 sendiri telah menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia, tetapi tingkat keparahannya dikatakan lebih rendah dibandingkan subvarian sebelumnya.

Dikatakan pula dua subvarian tersebut mampu untuk menghindari imunitas yang telah terbentuk dari vaksinasi maupun infeksi sebelumnya.

“Kalau orang udah pernah kena infeksi maupun vaksinasi tetep bisa kena (BA.4 dan B.5), istilahnya immune escape. Jadi orang udah punya imunitas tetep bisa kena,” jelas Budi

DKI Jakarta akan hadapi puncak kasus Omicron BA.4 dan BA.5 Dipaparkan Budi, dalam waktu dekat DKI Jakarta akan menghadapi puncak kasus Omicron BA.4 dan BA.5. Saat ini, kasus di Jakarta sendiri mengalami kenaikan yakni 1.200-an pasien per hari.

“Jakarta ini sekarang 85 persen genome sequencing-nya Omicron, jadi di Jakarta banyak yang terkena ini kan. Itu Omicron semua. Jadi kalau feeling saya Jakarta bentar lagi sampai puncak,” terangnya.

Menkes Budi memaparkan, pola serupa juga terjadi di negara-negara lain, yang mana setelah satu varian mendominasi hingga di atas 80 persen, artinya puncak infeksi segera terjadi.

“Di luar negeri bisa dipakai Indonesia untuk belajar kondisinya seperti apa. Di Indonesia kita lihat kalau dominasi satu varian udah di atas 80 persen itu sudah dekat puncak biasanya,” tutur Budi.

“Jadi Delta itu begitu di atas 80 persen dari populasi virus yang ada di daerah tersebut, itu sampai puncaknya bentar lagi,” lanjut dia.

Meski Budi menyebutkan, kasus tertinggi harian akan terjadi di Jakarta, kasus kematian dan hospitalisasi, atau BOR yang disebabkan oleh varian Omicron lebih rendah dari Delta.

“Memang Jakarta tinggi, 1.200 kasus lebih, tapi hospitalisasi sama kematiannya rendah. Kematiannya saya rasa tetap nol di Jakarta. Jadi yang tertular Jakarta 1.200 lumayan karena pernah lebih buruk dari itu. Tapi, yang penting masuk rumah sakit kecil,” ucapnya.

Menghadapi potensi lonjakan kasus di bulan Juli, Kemenkes mengaku telah mempersiapkan peningkatan telemedisin, yang sudah disosialisasikan dengan berbagai pihak untuk fokus di wilayah Jabodetabek serta Jawa Barat. Telemedisin sendiri sudah menjangkau 13 area di Indonesia, dan dimanfaatkan oleh lebih dari 380.000 pasien isolasi mandiri (isoman).

Selama Mei 2022 hingga Juni 2022 terjadi kenaikan angka pasien isoman. Sehingga, ada sekitar 600 permintaan tebus resep selama sepekan terakhir. Menkes Budi pun mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik, dan tetap waspada dalam menghadapi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Meski begitu, dia mengimbau agar masyarakat tetap menggunakan masker bila berada di tempat ramai, transportasi umum, di dalam ruangan, dan ketika memiliki gejala flu atau batuk. ***